This is who I am
Sampai sekarang, saya tidak tahu apa yang terjadi waktu saya masih kecil. Saya jatuh di tangga, dari lantai paling atas sampai ke bawah. Dan itu membuat telinga saya cedera parah. Dokter bilang sama orang tua saya kalau cedera parah itu membuat saya tuli. Saya tidak bisa mendengar jelas. Orang tua saya tidak bisa terima kenyataan ini dan mencari dokter lain untuk memeriksa telinga saya. Dokter menyampaikan bahwa saya sudah tuli sejak lahir. Orang tua saya bingung tentang masalah ini. Akhirnya mereka memutuskan untuk saya memakai alat bantu dengar dan dengan perasaan senang saya memakai alat bantu tersebut ketika saya masih TK (SLB) dan mendapatkan banyak teman.
Saat saya beranjak umur 7 tahun, orang tua saya memasukkan saya ke sekolah dasar umum yang dimana saya harus belajar untuk bergaul dengan anak-anak normal. Pada waktu itu, saya tidak bisa memahami apa yang dikatakan oleh guru dan teman-teman karena saya tidak bisa mendengar jelas. Saat saya memasuki SD kelas 4, saya pelan-pelan belajar mengerti bagaimana cara mendengar dan berbicara dengan lancar. Dan semua itu sesungguhnya sangat sulit bagi saya untuk membiasakan dengan keadaan yang kurang mendukung saya. Ketika mereka memanggil saya dengan keras pun saya tidak bisa menangkap, karena saya bergantung kepada pembacaan bibir. Mereka mau tidak mau harus menepuk bahu saya. Saya juga kesulitan untuk mengerti apa yang mereka katakan tanpa membaca gerak bibir. Saya tahu saya berbicara tidak jelas pada waktu itu. Saya juga tidak bisa dengar apa yang saya ucapkan. Saya sudah berusaha berbicara lancar, tapi tidak membantu sama sekali. Ketika saya berbicara kepada mereka, selalu ada kesalah-pahaman. Kadang saya pura-pura ketawa meskipun saya tidak mengerti apa yang mereka katakan. Saya tidak mau mereka merasa tidak enak sama saya. Meskipun masih ada banyak masalah lain yang tidak bisa saya hadapi, saya bersyukur saya bisa meneruskan studi.
Dari tahun ke tahun, pendengaran saya semakin parah. Saya sadar saya berbicara kadang tanpa nada dan membuat banyak kesalah-pahaman. Saya tidak mau merepotkan orang lain ketika mereka berbicara sama saya. Sehingga saya merasa saya harus hentikan masalah ini. Saya berada didalam posisi yang tidak jelas dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Dan pada suatu saat akhirnya saya mengenali alat implant koklea (CI) dari teman mama saya. Dia beritahu kami bahwa kondisi anak temannya juga sama seperti kondisi saya. Tapi dia sudah memakai CI dan pendengaran dia jelas sekali. Saya memutuskan untuk mengoperasi dan menanamkan alat tersebut setelah tamat SMA. Saya sangat berterima kasih karena CI telah diciptakan didunia ini. Setelah saya mengaktifkan CI, saya bisa mendengar semua suara. Tapi pada waktu itu, saya sangat bingung karena banyak suara-suara yang saya belum pernah dengar sebelumnya.
Dengan menjalani terapi, saya mulai menangkap suara yang sangat lembut yang sebelumnya mustahil untuk dapat didengar, seperti suara burung, air menetes, dan suara jarum jam dinding. Saya juga bisa menangkap nada-nada musik dan juga belajar nada-nada saya sendiri. Sebelumnya saya berbicara sambil melihat bibir, sekarang saya belajar tanpa melihat gerak bibir karena alat ini sangat membantu dan memungkinkan saya untuk menangkap suara-suara orang yg sedang berbicara secara tepat. Saya pun sudah bisa berkomunikasi dengan orang lain via telepon sekarang.
Begitu tamat SMA di Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), saya melanjutkan kuliah di Singapore pada awal tahun 2011 untuk mendapatkan Diploma dan Advanced Diploma selama satu setengah tahun Disitu saya mulai merasakan kesulitannya komunikasi dalam bahasa inggris. Namun di Singapore, saya bertemu dengan banyak orang Indonesia dan ujung-ujungnya saya kembali berteman dan bergaul dengan hanya orang Indonesia sehingga saya melupakan alasan utama saya yang ingin berkomunikasi dalam bahasa inggris. Akhirnya saya memutuskan untuk lanjut kuliah S1 di Newcastle, Inggris. Banyak alasan mengapa saya memilih Newcastle sebagai kota tujuan saya berikutnya. Salah satunya, saya ingin memantapkan bahasa Inggris saya karena saya paham bahwa bahasa Inggris adalah bahasa Internasional. Disitu saya juga menemui kesulitan-kesulitan baru yang belum saya alami sebelumnya karena keterbatasan pendengaran saya. Namun saya bisa beradaptasi dengan mudah walaupun tidak dalam waktu singkat sampai saya wisuda untuk S1 di Newcastle pada pertengahan tahun 2014.
Sepanjang perjalanan yang telah saya hadapi sejak kecil, akhirnya saya memilih untuk kembali berbisnis dan menetap di tanah air. Karena saya sadar saya akan mendapatkan lebih banyak peluang bisnis di Ibukota Jakarta dan saya lebih nyaman dengan lingkungan yang berbahasa Indonesia. Saya memulai usaha Jasa Website (Dilenium) sendirian dengan kemampuan yang saya miliki. Sekarang saya tidak lagi bermasalah dengan kurang pendengaran seperti yang saya alami sebelumnya. Saya bisa menghadapinya dengan mudah karena saya telah banyak belajar dari pengalaman-pengalaman. Dan saya masih belajar sampai saat ini.
Dengan memakai alat CI, saya tahu saya tidak bisa sempurna. Karena memakai alat cochlear implant tidak bisa membantu secara keseluruhan termasuk suara latar belakang (background noise). Alat cochlear hanya bisa membantu kita menangkap suara lebih jelas namun tidak sejelas dengan pendengaran orang normal. Saya hidup di 2 dunia berbeda, satu di dunia keheningan dan satunya lagi di dunia suara sintetis.
Kita memang punya banyak kekurangan, tapi jangan lupa, kita juga punya banyak kelebihan. Karena Tuhan menciptakan semua orang secara adil dengan memberikan kelebihan dan juga kekurangan. Saya selalu mengingatkan saya sendiri dengan kalimat ini:
“Kebahagiaan bukanlah tentang memiliki yang terbaik dari segala sesuatu tetapi tentang membuat yang terbaik dari apa yang Anda miliki”.