Zero to Hero
Pada umur 2 tahun, saya baru diketahui kalau memiliki kekurangan di pendengaran. Saat itu orang tua saya merasa heran dengan ketidakresponan saya terhadap bunyi barang jatuh pas di sebelah saya. Kemudian orang tua membawa saya ke dokter, masih belum ketemu penyebab kenapa saya gak bisa mendengar sejak lahir. Daripada terlalu memikirkan ini itu, orang tuaku mencari solusi-solusi untuk saya bagaimana supaya bisa mendengar kembali. Orang tua saya mendapat informasi bahwa ada alat bantu pendengaran yang lebih canggih yaitu Cochlear Implant (CI), kemudian mereka ke Singapura untuk melihat anak-anak yang sudah pakai CI.
Pada tahun 2000, orang tua membawa saya ke Singapura untuk operasi CI. Itu pun bukan berarti pas dapat CI, saya bisa langsung dengar dengan sempurna, musti mulai dari nol lagi. Dengan terapi AVT, saya mulai mengenali berbagai bunyi di sekitar saya meski butuh waktu berbulan-bulan. Saat ini saya uda bisa mendengar bunyi mobil, motor, air dan lain-lain.
"PRACTICE MAKES BETTER"
Saya dari kecil dididik oleh orang tua untuk terus bersemangat dengan kemampuan-kemampuan yang saya miliki. Berkat keuletan mereka, saya dari kecil sudah dibiasakan memakai hearing aids sehingga bisa membantu saya untuk mengenali bunyi-bunyi lebih banyak pas pakai CI. Saya masuk sekolah SLB waktu TK, kemudian masuk sekolah normal pas SD sampai SMA. Setelah lulus SMA, saya ambil Advanced Diploma jurusan Graphic Design & Multimedia di Indonesia selama 2 tahun, kemudian ke Singapura ambil Diploma jurusan Management 15 bulan dan lanjut S1 ambil Management selama 1,5 tahun.
Selama kuliah di Singapura, saya menemukan beberapa tantangan yang harus saya bisa hadapi yaitu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan teman-teman yang berasal dari berbagai negara. Selain itu, saya juga harus fokus mendengar penjelasan dari dosen-dosen mengenai pelajaran dalam bahasa Inggris. Memang tidak gampang, tetapi pasti ada solusinya yaitu membaca notes sebelum masuk kuliah supaya bisa lebih mengerti penjelasan dosen di hari keesokannya. Selain itu, saya pergi ke perpustakaan dan browsing informasi di internet tentang hal-hal yang saya masih belum bisa mengerti setelah mengikuti kelas di kampus.
Selama hampir 3 tahun kuliah di Singapore, saya mendapatkan banyak pengalaman yang sangat berharga. Meski sudah menggunakan CI, bukan berarti saya bisa mendengar dengan sempurna (100%) seperti orang-orang normal. Bisa mendengar 70-80% saja itu sudah cukup bagus bagi saya dibandingkan daripada tidak mendengar bunyi apa pun di sekitarnya. Saya pun bisa menyelesaikan kuliah di Singapura itu berkat motivasi-motivasi yang diberikan oleh orang tua saya, saya dibiasakan untuk bisa hidup mandiri. Dan juga selalu dikasih nasehat-nasehat bagaimana bisa survive di dunia ini. Buat orang tua yang memiliki anak kurang pendengaran, saya harap kalian jangan pernah membandingkan anak-anak Anda dengan anak orang lain karena setiap anak memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kembangkan kelebihan-kelebihan anak Anda untuk menutupi kelemahannya, dan juga selalu kasih motivasi dan semangat buat anak Anda untuk selalu berpikir positif menghadapi hidup masing-masing.
"PEOPLE ARE NOT PERFECT, THEY ALL HAVE THEIR OWN WEAKNESSES AND STRENGTHS"
Buat anak-anak yang ada kurang pendengaran, kalian jangan gampang merasa minder hanya karena orang-orang di sekitar kalian bisa mendengar. Kalian masing-masing pasti punya kelebihan misal bisa menggambar, bisa utak-atik komputer, atau bisa membuat kerajinan tangan. Selalu berlatih dan berpikir positif bahwa kalian pasti bisa melakukan sesuatu jika kalian mau berusaha dengan ulet.
ENJOY YOUR LIFE TO THE FULLEST, BE THANKFUL FOR WHAT YOU HAVE!
^_^